Kondisi kehidupan keluarga sangat fluktuatif. Kadang
berada dalam suasana yang bahagia, nyaman, tenteram dan tenang. Namun
kadang bergolak, ada suasana ketegangan yang membuat suami dan istri
tertekan secara psi
kologis sehingga tidak bahagia hidupnya. Ada banyak
faktor yang mempengaruhi munculnya aneka suasana dalam kehidupan rumah
tangga.
Perubahan suasana tersebut kadang begitu cepatnya. Sebuah
keluarga yang semula demikian tampak bahagia dan ceria, tiba-tiba
keesokan harinya mengalami ketegangan dan konflik yang memuncak.
Sebaliknya, keluarga yang semua sudah berada di ambang kehancuran,
tiba-tiba tampak sedemikian mesra dan bahagia pada hari berikutnya. Para
konselor di Jogja Family Center sering terkejut atas perubahan yang
sedemikian cepat pada klien. Dikira masih berada dalam masalah keluarga,
ternyata mereka tengah berlibur di Australia dalam kondisi bahagia.
Ketegangan Keluarga
Setiap
keluarga pasti pernah mengalami suasana ketegangan hubungan antara
suami dan istri, atau antara orang tua dengan anak. Ada dua jenis
ketegangan yang biasa terjadi dalam kehidupan keluarga, yaitu ketegangan
psikis dan ketegangan fisik. Yang dimaksud dengan ketegangan psikis
adalah suasana tidak nyaman yang terjadi antara suami dan istri.
Misalnya tidak nyaman untuk bicara, tidak nyaman untuk bercengkerama,
sering salah paham dalam berkomunikasi, dan sering emosi terhadap
pasangan. Suami dan istri saling melukai perasan dan menyakiti hati
pasangan.
Sedangkan ketegangan fisik adalah tidak adanya
kelembutan dalam sentuhan dan hubungan fisik antara suami dan istri.
Suami berlaku kasar kepada istri, atau istri berlaku kasar kepada suami.
Mereka melakukan kekerasan fisik, seperti pukulan, tendangan, tamparan,
bahkan ada yang menggunakan peralatan dan senjata untuk melukai fisik
pasangan. Tidak jarang berbuntut pembunuhan kepada suami atau istri
sendiri.
Sangat banyak faktor penyebab munculnya ketegangan dalam
keluarga. Ada faktor internal, yang bersumber dari suami dan istri
sendiri; dan ada faktor eksternal, yang bersumber dari pihak lain di
luar keluarga. Faktor internal bisa berupa temperamen suami atau istri
yang emosional, ketidakmampuan menahan diri, ketidakmampuan
berkomunikasi, sifat ego yang diikuti, ingin menang sendiri, tidak mau
mengalah, sulit meminta maaf, kesulitan ekonomi, dan lain sebagainya.
Faktor
eksternal bisa berupa munculnya WIL atau PIL, masalah saudara, ipar,
problem dengan mertua, persoalan dengan tetangga, masalah di tempat
kerja yang dibawa masuk ke rumah tangga, masalah pembantu rumah tangga,
dan lain sebagainya. Baik faktor internal maupun eksternal, keduanya
sangat dekat dan ada di sekitar kita bahkan ada dalam diri kita sendiri.
Artinya, faktor penyebab munculnya ketegangan ada di mana-mana tidak
jauh dari kita, sehingga sangat mudah untuk menyerang semua keluarga.
Meredakan Ketegangan
Ketegangan
dalam keluarga adalah konsekuensi dari interaksi tanpa jarak dan
terjadi setiap hari. Suami dan istri bertemu dan hidup di rumah yang
sama, di kamar yang sama, di ranjang yang sama. Setiap saat berinteraksi
dan berkomunikasi, tanpa jeda, tanpa batas waktu. Ketegangan juga
muncul karena tingginya harapan yang tidak sesuai dengan kenyataan.
Dengan
kata lain, ketegangan hubungan adalah sebuah kemestian dalam kehidupan
keluarga. Yang diperlukan adalah upaya untuk meredakan dan meminimalisir
peluang kejadiannya. Suami dan istri harus memiliki kesadaran dan
keterampilan untuk mengelola berbagai faktor pemicu munculnya
ketegangan, dan meredakan ketegangan apabila sudah terlanjur terjadi.
Ada banyak cara untuk meredakan ketegangan hubungan antara suami dan istri, di antaranya adalah:
1. Kegiatan Spiritual
Suami
dan istri menguatkan aktivitas spiritual dengan melakukan ibadah secara
tekun dan khusyu’. Misalnya suami dan istri menyengaja untuk bangun
malam berdua, melakukan shalat malam dan berdoa bersama untuk
mendapatkan kebaikan kehidupan keluarga. Atau menyengaja untuk
mengundang tokoh spiritual, seperti ustadz atau ulama, untuk memberikan
nasihat dan pencerahan untuk semua anggota keluarga. Bahkan jika
memiliki keluangan dana, bisa melakukan umrah bersama satu keluarga.
Kegiatan
spiritual seperti ini diharapkan mampu menjauhkan dan meredakan
berbagai ketegangan hubungan antara suami dan istri. Dengan suasana
spiritualitas keluarga yang terjaga, semua pihak akan selalu berusaha
menjadi orang yang terbaik. Menjadi suami yang ideal, menjadi istri
idaman, menjadi orang tua teladan, menjadi anak-anak sesuai harapan.
2. Kegiatan Rekreatif
Sesekali
waktu suami dan istri perlu meluangkan kesempatan untuk melakukan
rekreasi berdua saja, atau bersama semua anggota keluarga. Rekreasi ini
tidak mesti menuju tempat wisata yang jauh dan mahal. Suasana rekreatif
bahkan bisa dilakukan di rumah sendiri, dengan jalan melakukan hal yang
tidak biasanya. Misalnya, makan malam berdua di teras samping rumah,
atau mengobrol berdua di kebun belakang rumah, atau tidur di tenda yang
dipasang di halaman belakang.
Kegiatan rekreasi diperlukan untuk
menghindarkan kejenuhan akibat kegiatan yang rutin dan monoton dalam
keluarga. Ketegangan bisa muncul karena suasana yang monoton,
mekanistik, rutin dan membuat kejenuhan yang bertumpuk. Tidak ada
variasi dan tidak ada rekreasi, membuat ketegangan mudah muncul.
Harapannya, dengan kegiatan rekreasi keluarga, membuat suasana segar,
mengendurkan syaraf, meredakan ketegangan sehingga suasana menjadi
nyaman dan tenteram,
3. Kegiatan Sosial
Di antara hal
yang bisa meredakan ketegangan dalam keluarga adalah kegiatan sosial.
Aktif dalam berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan, membantu tetangga,
menolong orang yang memerlukan, mengunjungi panti yatim piatu, menjenguk
orang sakit, dan lain sebagainya, menjadi sarana untuk meredakan
ketegangan hubungan antara suami dan istri. Dengan kegiatan sosial,
suami dan istri dituntut untuk memberikan contoh keteladanan bagi
masyarakat sekitar, minimal ada perasaan malu apabila ada keributan
dalam keluarga mereka.
Selain itu, kegiatan sosial akan memberikan
sikap empati atas masalah dan penderitaan yang dialami orang lain,
sehingga diharapkan menjadi suatu pelajaran berharga bagi suami dan
istri untuk kembali ke rumah dalam suasana yang bahagia. Mereka bisa
melihat kesulitan yang dialami banyak kalangan masyarakat, sehingga akan
memberikan pelajaran penting agar selalu menjaga keutuhan keluarga.
Selamat
menikmati kebahagiaan bersama keluarga. Teh poci sore hari, pisang
goreng panas ditambah sedikit keju dan coklat, mungkin sangat
membahagiakan Anda berdua pada sore ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar