“Apa yang terjadi pada Anda tidak penting. Yang penting adalah apa yang Anda lakukan terhadap apa yang terjadi pada Anda.” (DR. Robert Schuler)
Hidup
adalah proses panjang melelahkan yang penuh coba dan goda, seperti
dunia yang bagaikan penjara bagi mereka yang bertaqwa. Karena bagi
pencari keridhaan Yang Maha Esa, kalaupun dia hartawan atau hanya sabar dan
syukurlah perhiasan yang dia punya. Tidaklah semua itu berharga,
melainkan hanya cicipan ala kadarnya dari surga yang kenikmatannya abadi
tiada tara.
Dalam The Way To Win karya Solikhin Abu
Izzuddin dikisahkan, pada suatu hari sebagai qadhi-semacam hakim agung
tingkat nasional- ia berkendara keledai yang bagus (Mitshubishi kuda
kalau sekarang). Pakaiannya bagus, performanya meyakinkan. Saat melintas
di sebuah pasar tiba-tiba seorang Yahudi pedagang minyak menghadang.
Memegang tali keledai sang Imam seraya berkata, “Ya Syaikhul Islam,
Anda menyatakan bahwa Nabimu bersabda, ‘dunia itu penjara orang beriman
dan surganya orang kafir’. Dengan penampilan Anda yang seperti ini, Anda
dipenjara seperti apa? Dan dengan keadaan saya yang seperti ini, saya
berada di surga seperti apa?”
Ibnu Hajar menjawab, “Dengan
kondisi seperti ini, saya dibanding dengan nikmat yang Allah janjikan
di akhirat, seolah dalam penjara. Engkau dengan kondisi seperti itu,
dibandingkan dengan siksa yang Allah ancamkan di akhirat nanti, sekarang
berada di dalam surga.”
Luar biasa! Mendengar jawaban
tersebut, Yahudi spontan masuk Islam. Sehebat apapun orang mukmin di
dunia, ia masih berada dalam “penjara keterbatasan”. Segembel apapun
orang kafir, mereka masih di surga, sebab masih ada neraka menyala
menanti mereka.
Inilah ketetapan Allah Azza wa Jalla, bahwa sebenarnya bagi orang-orang beriman telah tersedia surga yang kekal selamanya. Asalkan mau berusaha, bersabar lalu berdoa memasrahkan segala daya yang telah terupaya pada-Nya Yang Kuasa. Maka tidaklah pantas mengeluhkan kehendak-Nya yang terjadi pada kita, karena sebenarnya;
Inilah ketetapan Allah Azza wa Jalla, bahwa sebenarnya bagi orang-orang beriman telah tersedia surga yang kekal selamanya. Asalkan mau berusaha, bersabar lalu berdoa memasrahkan segala daya yang telah terupaya pada-Nya Yang Kuasa. Maka tidaklah pantas mengeluhkan kehendak-Nya yang terjadi pada kita, karena sebenarnya;
“Tiada
suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu
sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami
menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi
Allah.” (TQS. Al-Hadid: 22)
Manusia memang diciptakan
bersifat keluh kesah lagi kikir, tapi itu bagi mereka yang tak mau
berfikir. Bahwa jika seseorang dihadapkan pada suatu masalah, sebenarnya
dia sedang diberikan kesempatan untuk bisa ditempatkan-Nya pada posisi
yang lebih baik dari sebelumnya.
Namun jika kita mengeluh, sama
saja telah menyangsikan kekuasaan Allah. Karena secara tidak langsung
hal itu menandakan buruknya persangkaan kita pada Allah, sementara Allah
mengikuti persangkaan hamba-Nya. Padahal;
“Sesungguhnya jika
Allah akan mencintai suatu kaum, maka Dia akan memberikan ujian kepada
mereka. Barang siapa yang bersabar, maka kesabaran itu bermanfaat
baginya. Dan barang siapa marah (tidak sabar) maka kemarahan itu akan
kembali padanya.” (HR. Ahmad dan at-Tirmidzi, Ibnu Muflih berkata, “Isnad hadits ini baik”)
Maka
sebenarnya bila kita mampu mengurangi kebiasaan mengeluh atau tidak
mengeluh sama sekali dan berusaha berbaik sangka pada-Nya, hal itu akan
menjadi penyumbang bagi kebaikan kehendak-Nya pada kita.
Oleh karena itu, marilah kita membiasakan diri untuk tidak mengeluhkan masalah (Apa yang terjadi pada Anda tidak penting). Tapi mari kita berfikir cerdas dan berusaha ikhlas mencari solusi secara tuntas (Yang penting adalah apa yang Anda lakukan terhadap apa yang terjadi pada Anda).
Penulis pun terus belajar untuk hal ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar