Bismillaahirrahmaanirrahiim
Seringkali kita dengar orang – orang
yang membangun karir bertahun – tahun akhirnya
terpuruk oleh kelakuan keluarganya. Ada yang dimuliakan dikantornya tapi dilumuri aib oleh anak – anaknya sendiri,
ada yang cemerlang karirnya di perusahaan tapi akhirnya pudar oleh
perilaku istrinya dan anaknya. Ada juga yang populer dikalangan masyarakat tetapi tidak populer di hadapan keluarganya. Ada yang
disegani dandihormati di lingkungannya tapi oleh anak istrinya sendiri
malah dicaci, sehingga kita butuh sekali keseriusan untuk menata strategi yang
tepat, guna meraih kesuksesan yang benar – benar hakiki. Jangan sampai kesuksesan kita semu. Merasa sukses padahal gagal,
merasa mulia padahal hina, merasa terpuji padahal buruk, merasa
cerdas padahal bodoh, ini tertipu..!
Penyebab kegagalan seseorang
diantaranya :
1.
Karena dia tidak pernah punya waktu
yang memadaiuntuk mengoreksi dirinya.
Sebagian orang terlalu sibuk dengan kantor, urusan luar dari dirinya akibatnya
dia kehilangan fondasi yang kokoh. Karena orang tidak bersungguh – sungguh
menjadikan keluarga sebagai basis yang penting untuk kesuksesan
.
2.
Sebagian orang hanya mengurus
keluarga dengan sisa waktu, sisa pikiran, sisa tenaga, sisa perhatian,
sisa perasaan, akibatnya seperti bom waktu. Walaupun uang banyak tetapi miskin hatinya.
Walaupun kedudukan tinggi tapi rendah keadaan keluarganya.
Oleh karena itulah, jikalau kita
ingin sukses, mutlak bagi kita untuk sangat serius membangun keluarga sebagai basis (base), Kita harus jadikan
keluarga kita menjadi basis ketentraman jiwa. Bapak pulang kantor begitu
lelahnya harus rindu rumahnya menjadi oase ketenangan. Anak pulang dari sekolah
harus merindukan suasana aman di rumah. Istri demikian juga. Jadikan
rumah kita menjadi oase ketenangan, ketentraman, kenyamanan sehingga bapak,
ibudan anak sama-sama senang dan betah tinggal dirumah. Agar rumah kita menjadi
sumber ketenangan, maka perlu diupayakan:
1.
Jadikan rumah
kita sebagai rumah yang “selalu dekat
dengan Allah SWT”, dimana didalamnya penuh dengan aktivitas
ibadah; sholat, tilawah qur'an dan terus menerus digunakan untuk memuliakan agama Allah, dengan kekuatan iman,
ibadah dan amal sholeh yang baik,maka rumah tersebut dijamin akan
menjadi sumber ketenangan.
2.
Seisi rumah
Bapak, Ibu dan anak harus punya kesepakatan untuk mengelola perilakunya, sehingga
bisa menahan diri agar anggota keluarga lainnya merasa aman dan tidak terancam tinggal di dalam rumah itu, harus ada kesepakatan
diantara anggota keluarga bagaimana rumah itu tidak sampai menjadi
sebuah neraka.
3.
Rumah kita harus
menjadi "Rumah Ilmu"
Bapak, Ibu dan anak setelah keluar rumah, lalu pulang membawa ilmu dan
pengalaman dari luar, masuk kerumah berdiskusi dalam forum keluarga; saling
bertukar pengalaman, saling memberi ilmu, saling melengkapi sehingga menjadi
sinergi ilmu. Ketika keluar lagi dari rumah terjadi peningkatan kelimuan,
wawasan dan cara berpikir akibat masukan yang dikumpulkan dari luar
oleh semua anggota keluarga, didalam rumah diolah, keluar rumah jadi makin
lengkap.
4.
Rumah harus
menjadi "Rumah pembersih diri"
karena tidak ada orang yang paling amanmengoreksi diri kita tanpa resiko
kecuali anggota keluarga kita. Kalau kita dikoreksi di luar resikonya terpermalukan, aib tersebarkan tapi kalau dikoreksi
oleh istri, anak dan suami mereka masih
bertalian darah, mereka akan menjadi pakaian satu sama lain. Oleh karena itu, barang
siapa yang ingin terus menjadi orang yang berkualitas, rumah harus kita
sepakatimenjadi rumah yang saling membersihkan
seluruh anggota keluarga. Keluar banyak kesalahan
dan kekurangan, masuk kerumah saling mengoreksi satu sama lain sehingga
keluar dari rumah, kita bisa mengetahui kekurangan kita tanpa harus
terluka dan tercorengkarena keluarga yang mengoreksinya.
5.
Rumah kita harus
menjadi sentra kaderisasi sehingga Bapak – Ibu mencari nafkah, ilmu, pengalaman wawasan untuk memberikan yang terbaik
kepada anak – anak kita sehingga kualitas anak atau orang lain yang
berada dirumah kita, baik anak kandung, anak pungut atau orang yang bantu-bantu
di rumah, siapa saja akan meningkatkan kualitasnya. Ketika kita mati,maka kita
telah melahirkan generasi yang lebih baik. Tenaga,
waktu dan pikiran kita pompa untuk melahirkan generasi – generasi yang lebih bermutu, kelak lahirlah kader – kader pemimpin
yang lebih baik. Inilah sebuah rumah tangga yang tanggung jawabnya tidak hanya
pada rumah tangganya tapi pada generasi sesudahnya serta bagi lingkungannya
Semoga
bermanfaat..
Wassalam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar